Pengertian Manajemen Waktu
Berikut ini pengertian manajemen waktu menurut para ahli:
a. Menurut Forsyth (2009)
Manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu menjadi terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah efektivitas dan efesiensi juga produktivitas.
b. Atkinson (1994)
Manajemen waktu adalah suatu jenis keterampilan yang berkaitan dengan segala bentuk upaya dan tindakan seseorang yang dilakukan secara terencana agar individu dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya.
c. Orr (dalam Atkinson, 1994)
Manajemen waktu sebagai kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien untuk memperoleh manfaat yang maksimal.
d. Haynes (1994)
Manajemen waktu adalah suatu proses pribadi dengan memanfaatkan analisis dan perencanaan dalam menggunakan waktu untuk meningkatkan efektivitas dan efisien.
e. Higgins (dalam Atkinson, 1994)
Manajemen waktu sebagai proses untuk menjadikan waktu lebih produktif, dengan cara mengatur apa yang dilakukan dalam waktu tersebut.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu adalah suatu kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang maksimal. Manajemen waktu akan membuat individu dapat memprioritaskan kegiatan yang sebenarnya memiliki konsekuensi tinggi untuk dituntaskan tetapi cenderung ditunda-tunda penyelesaiannya.
2. Fungsi Manajemen Waktu
Mengapa penting untuk memanajemen waktu? Ada beberapa alasan lainnya sebagai berikut:
a. Karena waktu kita terbatas, sedangkan pekerjaan makin menambah.
b. Manajemen waktu membantu kita untuk bekerja lebih efektif dengan skala prioritas.
c. Manajemen waktu menjauhkan kita dari stress, karena kita dapat mengontrol setiap tugas dan tenggat waktunya.
d. Manajemen waktu membuat kita produktif, karena dapat menghindari hambatan dan gangguan yang menghalangi dari tujuan.
Sebuah sistem manajemen waktu yang sesuai dengan kebutuhan dapat membantu kita menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat. Apapun prioritasnya, mempelajai cara mengatur hidup dan belajar akan membantu kita mencapai tujuan hidup.
Arti penting me-manage waktu sebagai berikut:
a. Membantu membuat prioritas.
b. Mengurangi kecenderungan untuk menunda.
c. Membantu kita menghindari “tabrakan waktu”.
d. Memberi kita kebebasan dan kendali karena manajemen waktu tidak akan membatasi ruang gerak seseorang.
e. Membantu kita menghindari perasaan bersalah.
f. Membantu mengevaluasi kemajuan kita.
3. Teknik Manajemen waktu
Teknik manajemen waktu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, sebagai berikut.
a. Teknik manajemen waktu berdasarkan skala prioritas.
1. Pengertian skala prioritas
Skala prioritas yang tepat yaitu dengan mendahulukan pekerjaan yang penting dan mendesak, kemudian pekerjaan yang mendesak meski tidak begitu penting, tidak dilanjutkan dengan pekerjaan yang penting dan tidak mendesak. Prioritas terakhir adalah pekerjaan yang tidak penting dan juga tidak mendesak.
2. Kriteria skala prioritas
Ada 4 kategori skala prioritas sebagai berikut.
a) Urgent dan important (mendesak dan penting)
Tipe pekerjaan dengan skala prioritas penting dan mendesak harus diprioritaskan untuk diselesaikan terlebih dahulu. Tugas tersebut bisa kita seleksi dari kapan tugas tersebut masuk ke daftar kerja hingga kapan tugas itu harus selesai. Jika jarak antara tanggal masuk dan tanggal selesai sangat dekat, maka bisa dipastikan kalau tugas itu memang sangat penting dan mendesak. Oleh karena, itu kita harus mendahulukan jenis skala prioritas ini. Jangan pernah menunda pekerjaan yang masuk dalam kategori ini.
b) Not Urgent but important (penting)
Tipe pekerjaan dengan prioritas seperti ini sebaiknya disikapi dengan menjadwalkan pekerjaan kita kembali. Karena ada baiknya kita menggunakan waktu produktif buntuk mengerjakan seteiap pekerjaan yang bernilai penting sebelum pekerjaan ini naik kelas skala prioritasnya menjadi penting dan mendesak. Kerjakan skala prioritas ini dengan penuh semangat dan gairah.
c) Urgent but not important (mendesak)
Pekerjaan ini terkadang datang dari orang diluar anda. Misalnya ketika mereka minta bantuan anda. Hal ini bisa saja menggangu waktu produktif anda untuk mengerjakan pekerjaan yang skalanya penting. Maka, ketika sedang mengerjakan pekerjaan penting anda boleh saja menolaknya. Apalagi jika pekerjaan mendesak ini membuat anda kewalahan menyelesaikan tugas anda. Anda juga bisa mengatakan pada mereka untuk menunggu hingga apa yang anda kerjakan sekarang sudah selesai.
d) Not urgent dan not important (tidak penting dan tidak mendesak)
Pekerjaan dengan tipe prioritas seperti ini sebaiknya anda hindari. Namun bukan berarti tidak dikerjakan. Tetapi anda bisa mengesampingkannya sampai semua pekerjaan dengan skala pioritas lebih tinggi tuntas. Apalagi kalau pekerjaan ini diciptakan oleh orang lain.
3. Langkah-langkah menyusun prioritas
Langkah-langkah menyusun prioritas sebagai berikut.
a) Periksa kembali tujuan-tujuan besar dalam hidup anda beserta target waktu pencapaiannya. Tujuan-tujuan besar mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama, misalnya 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun kedepan.
b) Pencapaian tujuan-tujuan besar dapat dipecah menjadi tujuan-tujuan kecil yang dikerjakan secara bertahap. Tuliskan apa saja yang dikerjakan dalam 1 minggu kedepan. Membuat rencana mingguan akan membantu anda untuk fokus pada penyelesaian pekerjaan. Kegiatan-kegiatan utama yang menunjang tujuan, dan dengan sendirinya anda akan mencapai lebih banyak.
4. Faktor penghambat penetapan prioritas
Banyak hal yang dapat menggangu terlaksananya kegiatan-kegiatan utama dalam proses pencapaian tujuan anda. Beberapa hal yang perlu diwaspadai sebagai berikut.
a) Zona nyaman serta zona berani.
b) Ketakutan menjadi penghambat.
c) Bangkit lagi ketika gagal.
d) Menaklukkan cobaan.
e) Tidak berani berkata “TIDAK”.
b. Teknik manajemen waktu berdasarkan delegasi
1. Pengertian delegasi
Salah satu dimensi pengelolaan waktu yang penting adalah delegasi (delegation) secara singkat dapat dikatakan bahwa delegasi adalah pemberiaan sebagain tanggung jawab dan kewibawaan kepada orang lain. Jadi dengan mengadakan delegasi itu kita mangakui bahwa kita membutuhkan bantuan orang lain mengemban tanggung jawab, mengajak orang lain untuk ikut serta dalam kerja kita dan memberikan kepadanya bagian dari tugas-tugas kita, kita memberikan kepadanya kekuasaan untuk melakukan tugas itu, kita menciptakan tanggung jawab pada orang yang kita beri delegasi itu dalam hubungan kita sejajar dengan pertanggungjawaban kita kepada atasan. Bila mengadakan delegasi, kita minta kepada orang lain agar ikut serta memikul sebagian tanggung jawab dair tugas-tugas kita. Kita member kepada kewibawaan, hak untuk membuat keputusan dibidang yang ada dalam lingkup tugas yang kita berikan kepadanya.
Dengan demikian, delegasi adalah pemberian otorisasiatau kekuasaan formal dan tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan tertentu kepada rang lain. Pelimpahan otoritas oleh atasan kepada bawahan diperlukan agar organisasi dapat berfungsi secara efisien karena tak ada atasan yang dapat mengawasi secara pribadi setiap tugas-tugas organisasi.
2. Cara menjalankan delegasi
Dalam menjalankan delegasi, seorang pemimpin sering ragu-ragu dalam menjalankan delegasi sebab ada hal-hal yang sering kita mendelegasikan pekerrjaan itu kepada orang lain, mempunyai rasa takut, ada resiko sebab ada perbedaan dan jarak antara kita dan orang yang kita serahi delegasi. Tetapi rasa takut itu tidak perlu meniadakan pentingnya delegasi. Ada unsur-unsur yang menyangkut dengan delelgasi sebagai berikut.
a) Apa yang didelegasikan.
b) Saling terbuka antara diberi delegasi dan menerima delegasi.
c) Transparansi tentang delegasi.
d) Ada harapan yang diserahi delegasi.
e) Kekuasaan yang diserahi sepenuhnya.
f) Pengawasan yang wajar.
g) Orang yang diserahi delegasi.
3. Tugas yang perlu didelegasikan dan yang tidak boleh di delegasikan
Taylor (1993 : 55-56) mengatakan bahwa sepertinya sangat meringankan beban kerja jika tugas dapat diberikan kepada bawahan. Secara potensial, tugas yang dapat didelegasikan kepada bawahan dan mana yang tidak dapat dibagi menjadi seperti berikut.
a) Manfaat yang didelegasikan pada masing-masing tugas yang termasuk dalam kategori tugas ini perlu dipertimbangkan.
b) Pekerjaan rutin.
c) Pekerjaan yang merupakan harus.
d) Pekerjaan yang terlalu banyak.
e) Hal-hal yang khusus.
f) Pekerjaan terus-menerus sama.
g) Proyek-proyek yang menyenangkan.
Tugas yang tidak boleh didelegasikan sebagai berikut.
a) Upacara
b) Menentukan kebijakan
c) Masalah-masalah personalia yang khusus
d) Krisis
e) Masalah-masalah rahasia.
4. Orang diberi delegasi
Delegasi lebih dari sekedar memberikan orang untuk mengerjakan sesuatu. Dengan meengikuti cara pemilihan orang yang tepat dan teratur dan bijak, memilih bawahan dengan keahlian yang paling cocok dengan pekerjaannya, atau memilih staf atau karyawan yang sekiranya akan mendapatkan pengalaman yang berguna dari pekerjaan yang didelegasikan. Untuk suatu pekerjaan yang berbobot pastikan bahwa anda menunjukkan betapa pentingnya pekerjaan tersebut bagi organisasi. Departemen, sekolah, atau instansi jangan beranggapan bahwa anda akan secara otomatis memahami atau menghargai impas jangka panjang dari pekerjaan tersebut. Hal tersebut banyak memberikan konstribusi tersembunyi seperti berikut.
a) Meningkatkan keahlian karyawan.
b) Melengkapi kemampuan tim.
c) Menunjukkan salah satu area yang ditargetkan untuk meengembangkan, untuk rencana pengembangan karier.
d) Bantulah karyawan atau staf memperoleh pengalaman sehingga siap menghadapi masalah saat terjadi persoalan dalam pekerjaan.
Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam proses delegasi kekuasaan sehingga dapat berjalan efektif sebagai berikut.
a) Dalam pemberian suatu delegasi kekuasaan atau tugas harus diimbangi dengan pemberian tanggung jawab.
b) Kekuasaan yang didelegasikan harus pada orang yang tepat, baik dari segi kualifikasi maupun segi fisik.
c) Mendelegasikan kekuasaan pada seseorang juga harus dibarengi dengan pemberian motivasi.
d) Pimpinan yang mendelegasikan kekuasaannya harus membimbing dan mengawasi orang yang menerima delegasi tersebut.
Dengan demikian pendelegasian kekuasaan mempunyai manfaat ganda sebagai berikut.
a) Pimpinan dapat lebih fokus pada tujuan dan pekerjaan pokoknya.
b) Putusan dapat dibuat dengan lebih cepat dan pada unit yang tepat.
c) Inisiatif dan rasa tanggung jawab bawahan dapat dimotivasi.
d) Mendidik dan mengembangkan bawahan sehingga mampu diberi beban tugas yang lebih besar dan berat lagi nantinya.
c. Teknik manajemen waktu berdasarkan asertif.
1) Pengertian asertif
Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan orang lain, namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula mengekspresikan perasaan, pendapat, dan kebutuhan secara proposional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan ataupun merugikan pihak lainnya. Seseorang yang asertif memiliki kriteria sebagai berikut.
a) Merasa bebas untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan keinginan.
b) Mengetahui hak mereka.
c) Mempu mengontrol kemarahan. Tidak berarti me-repsess peerasaan ini, akan tetapi mengontrol dan membicarakannya kembali dengan logis dan tidak dilandasi emosi.
Teknik manajemen waktu berdasarkan asertif berarti adanya sikap tegas yang dikembangkan ketika berhubungan dengan banyak orang dalam berbagai aktivitas kehidupan. Dalam arti ketika ia dapat mengambil keputusan atau melakukan tindakan tertentu berdasarkan hasil pemikiran sendii tanpa sikap emosional, meledak-ledak, atau berperilaku lainnya. Ia menegakkan kemandiriannya tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain. Ketegasan penuh kelembutan, ketegasan tanpa arogansi, itulah cirri asertif.
2) Prinsip asertif
Prinsip asertif sebagai berikut.
a) Kecakapan orang untuk berkata tidak, untuk meminta bantuan atau minta tolong orang lain.
b) Kecakapan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan positif maupun negatif.
c) Kecakapan untuk melakukan inisiatif dan memulai pembicaraan.
Ada 3 kategori perilaku asertif yaitu sebagai berikut.
a) Asertif penolakan yaitu ucapan untuk memperhalus, misalnya, ucapan “maaf”.
b) Asertif pujian yaitu mengekspresikan perasaan positif, misalnya menghargai, menyukai, mencintai, mengagumi, memuji, dan bersyukur.
c) Asertif permintaan yaitu asertif yang terjadi kalau seseorang meminta orang lain melakukan sesuatu yang memungkinkan kebutuhan atau tujuan seseorang tercapai tanpa tekanan dan paksaan.
3) Unsur-unsur asertif
Unsur-unsur dalam manajemen waktu berdasarkan asertif, sebagai berikut.
a) Terbuka dan jelas
Upayakan berkomunikasi secara jelas dan spesifikasi. Misalnya: “saya kurang suka ini”, “hm.., saya menyukai rencana itu, hanya saja mungkin ada beberapa bagian yang biasa ditingkatkan” (bahasa halus dari diperbaiki), “saya punya pendapat yang berbeda yaitu….”
b) Langsung
Berbicara langsung dengan subjek yang bersangkutan dan tidak membawa masalah ke orang lain yang tidak berhubungan.
c) Jujur
Berkata jujur agar dapat dipercaya.
d) Tepat dalam bersikap
Pastikan memperhitungkan nilai sosial dalam berbicara.
e) Tanyakan umpan balik
Menanyakan umpan balik menjadi bukti bahwa anda lebih mengutarakan pendapat daripada perintah. Misalnya: “Apakah sudah jelas? Atau ada pertanyaan?”
4) Membangun asertif dalam manajemen waktu
Dalam membangun asertivitas terdapat beberapa pendekatan yang dapat ditempuh. Salah satunya adalah Formula 3A sebagai berikut.
a) Appreciation
Appreciation berarti menunjukkan penghargaan terhadap kehadiran orang lain, dan tetap memberikan perhatian sampai pada batas-batas tertentu terhadap apa yang terjadi pada diri mereka.
b) Acceptance
Acceptance adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing.
c) Accommodating
Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif.
5) Teknik-teknik manajemen waktu berdasarkan asertif
Terdapat beberapa teknik manajemen atau strategi waktu asertif yang berguna dalam menanggapi situasi yang cenderung menjadi konflik.
a) Memberikan Umpan Balik
Membiarkan orang lain tahu bagaimana anda merespon perilaku mereka dapat membantu menghindari kesalahpahaman dan membantu menyelesaikan konflik yang tidak dapat dihindari dalam suatu hubungan. Kriteria umpan balik yang bermanfaat sebagai berikut.
(1) Umpan balik difokuskan pada perilaku seseorang bukan kepribadiannya. Memfokuskan pada perilaku dapat mengarahkan umpan balik kepada sesuatu yang dapat diubah oleh seseorang individu.
(2) Umpan balik bersifat deskripsi bukan evaluatif
Menjelaskan apa yang telah dikatakan atau dilakukan berkesan lebih baik tidak mengancam dibandingkan dengan menghakimi mengapa sesuatu dilakukan (yang dilakukan berdasarkan asumsi anda).
(3) Umpan balik berfokus pada reaksi anda sendiri bukan maksud orang lain.
Menyalahkan atau menganggap ada maksud buruk dibalik perilaku orang lain bukan merupakan umpan balik yang konstruktif.
(4) Umpan balik bersifat spesifik bukan umum
Umpan balik berfokus pada perilaku yang baru saja terjadi dan menghindari mengungkit perilaku dimasa lalu. Umpan balik juga tidak boleh menyamaratakan atau terlalu jauh dari peristiwa spesifik yang telah membuat anda kesal.
(5) Umpan balik difokuskan pada penyelesaian masalah
Bukan bertujuan untuk melampiaskan kemarahan. Tujuannya adalah untuk menyelesaikan suatu masalah yang timbul pada suatu hubungan sehingga hubungan tersebut dapat berkembang lebih baik.
(6) Umpan balik disampaikan secara pribadi
b) Meminta umpan balik dari orang lain
Seperti yang telah dijelaskan di point a), kita perlu berlatih memberikan umpan balik kepada orang lain dengan tepat. Pada saat yang bersamaan kita juga harus mengundang umpan balik dari orang lain untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal.
c) Menentukan batasan
Bertindak asertif dalam menentukan batasan berarti mengambil tanggung jawab untuk keputusan yang diambil mengenai bagaimana menghabiskan sumber daya pribadi tanpa merasa marah kepada orang lain yang memohon/mengajukan permintaan tertentu kepada anda. Bertindak asertif dengan menentukan batasan tidak berarti bahwa anda berhenti berkata “ya” terhadap semua permintaan
d) Membuat permintaan
Meminta sesuatu yang anda inginkan dari orang lain secara langsung juga diperlukan pada hubungan yang sehat. Jika anda berada pada posisi manajemen, menyatakan dengan jelas apa yang diharapkan orang lain adalah suatu bagian yang penting untuk mencapai tujuan organisasi. Pada hubungan yang sederajat, membuat peermintaan, termasuk meminta pertolongan merupakan suatu bagian penting dari komunikasi yang jujur. Kita harus percaya bahwa orang lain akan dapat merespon permintaan kita secara asertif, termasuk berkata “tidak”. Jadi, kita tidak perlu bereaksi berlebihan ketika seseorang menolak permintaan kita dengan cara yang asertif.
e) Berlaku Persisten
Salah satu aspek penting dalam perilaku asertif adalah persisten untuk menjamin bahwa hak-hak anda dihargai.
f) Membingkai kembali
Bingkai adalah “jalan pintas kognitif yang digunakan orang untuk membuat suatu informasi yang kompleks menjadi masuk akal” (Kaufam et al, 2003). Teknik pembingkaian kembali (refarming) yang dijelaskan oleh Kaufam, dkk termasuk:
(1) Fokus pada membangun komunikasi yang efektif untuk suatu kelompok/set tujuan yang terbatas.
(2) Menguji validitas/keabsahan perspektif orang lain.
(3) Menentukan dimana kesamaan pandangan/tujuan. Mencari hal-hal yang sama-sama dan fokus pada hasil yang diinginkan dengan perspektif jangka panjang.
(4) Mengenali kesempatan untuk mencari solusi-solusi yang belum dieksplorasikan/dipikirkan lebih mendalam dan kesempatan-kesempatan yang dapat saling ditawarkan (trade-off) atau kompromi-kompromi.
(5) Mengenali perbedaan yang tidak bisa dijembatani dan pada saat yang bersamaan mencari tindakan yang masih bisa diambil untuk mengurangi konflik.
g) Mengabaikan provokasi
Konflik interpersonal dapat memunculkan berbagai metode untuk “menang” dengan cara menghina atau mengintimidasi orang lain.
h) Merespon Kritik
Bagi sebagain orang, kritik benar-benar membuat diri hancur karena kita biasanya memegang dua keyakinan irasional yang umum:
(1) Bahwa kita harus disayangi atau diakui oleh semua orang yang kita kenal.
(2) Bahwa kita harus benar-benar kompeten/mampu dalam segala hal yang kita lakukan tanpa pernah melakukan kesalahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar